AsbabunNuzul Surat Maryam memuat sebab-sebab turunnya sebagian ayat-ayat pada Al-Qur'an surat ke-23. Surat Al-Mu'minun:82
Jakarta - Surat Al Mursalat, seperti yang dikutip dari Tafsir Al Lubab Jilid 4 oleh M Quraish Shihab, merupakan surat ke 77 dalam Al-Quran yang terdiri dari 50 ayat. Surat ini termasuk ke dalam surat Makkiyah, yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bahkan surat ini menjadi salah satu surat yang diterima Nabi di masa-masa awal buku M Quraish Shihab, tema dari surat ini sama halnya dengan surat dalam Al-Quran yang turun sebelum hijrahnya Nabi, yakni tentang keniscayaan kiamat serta bukti kekuasaan Allah SWT dalam membangkitkan manusia serta ancaman bagi mereka yang tujuan dari diturunkannya surat Al Mursalat ini adalah untuk menjelaskan tentang akhir perjalanan hidup di bumi ini dengan memberikan ganjaran bagi mereka yang bersyukur yaitu memberikan surga, dan pembalasan bagi yang kafir yaitu azab neraka. Agar mereka senantiasa menyiapkan bekal menghadapi saat tersebut. Asbabun NuzulBerdasarkan yang ditulis oleh Imam As-Suyuthi dalam bukunya Asbabun Nuzul, Al-Qurthubi mengatakan bahwa surat Al Mursalat diturunkan di kota Mekkah. Namun Ibnu Abbas dan Qatadah menambahi, kecuali satu ayat turun di Madinah yaitu pada ayat 48وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ ارْكَعُوْا لَا يَرْكَعُوْنَArtinya "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Rukuklah," mereka tidak mau rukuk."Ayat tersebut turun berkenaan dengan kabilah Tsaqif yang enggan melaksanakan shalat. Maka turunlah ayat yang berkenaan dengan mereka itu. Ibnu Katsir mengatakan bahwa maksudnya adalah orang-orang Tsaqif, seperti yang ditulis dalam buku Strategi Hijrah Prinsip-Prinsip dan Ilmiah Tuhan oleh Ahmad Abdul Azhim Muhammad adalah musuh bebuyutan kaum Quraisy dalam persoalan agama dan karena itu, kabilah Tsaqif memanfaatkan Islam agar dapat unggul atas kaum Quraisy. Kabilah Tsaqif memiliki berhala yang dinamainya Lata. Kaum mereka bahkan mendirikan tempat suci yang serupa Ka'bah dan menyeru manusia untuk berhaji ke surat Al MursalatBerikut adalah keutamaan surat Al Mursalat, yang dikutip dari buku Keutamaan Al Quran dalam Perspektif Hadits oleh Ahsantudhonni, adalah termasuk dalam surat an-nazhair yang selalu dibaca nabi saat sholat ini berdasarkan Riwayat dari Abdullah bin Abbas RA bahwa Abu Bakar As-Shiddiq berkata "Saya bertanya kepada Nabi SAW 'Apakah yang menyebabkan engkau beruban ya Rasulullah?' kemudian beliau menjawab 'Surat Hud, Surat Al-Waqiah, Surat Al-Mursalat, Surat An-Naba, dan At-Takwir." HR. At-TirmidziSimak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] lus/lus
Salahsatu alat untuk memahami al-Qur`an adalah dengan mempelajari `Ulum al-Quran. Ilmu ini memiliki sejumlah cabang ilmu yang sangat banyak, seperti ilmu tadwin (pembukuan al-Quran), ilmu qira`at, (bacaan), ilmu asbabun nuzul (sebab-sebab turun), ilmu tafsir, munasabah dan masih banyak cabang ilmuilmu lain dalam `Ulum al-Qur`an. Penelitian ini akan membahas cabang `Ulum al-Qur`an mengenai 1. وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًا wal-mursalāti urfā 1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, 2. فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًا fal-āṣifāti aṣfā 2. dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya, 3. وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًا wan-nāsyirāti nasyrā 3. dan malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Tuhannya dengan seluas-luasnya, 4. فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًا fal-fāriqāti farqā 4. dan malaikat-malaikat yang membedakan antara yang hak dan yang bathil dengan sejelas-jelasnya, 5. فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا fal-mulqiyāti żikrā 5. dan malaikat-malaikat yang menyampaikan wahyu, 6. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا użran au nużrā 6. untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, 7. إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَٰقِعٌ innamā tụ’adụna lawāqi’ 7. sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. 8. فَإِذَا ٱلنُّجُومُ طُمِسَتْ fa iżan-nujụmu ṭumisat 8. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, 9. وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ فُرِجَتْ wa iżas-samā`u furijat 9. dan apabila langit telah dibelah, 10. وَإِذَا ٱلْجِبَالُ نُسِفَتْ wa iżal-jibālu nusifat 10. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, 11. وَإِذَا ٱلرُّسُلُ أُقِّتَتْ wa iżar-rusulu uqqitat 11. dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu mereka. 12. لِأَىِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ li`ayyi yaumin ujjilat 12. Niscaya dikatakan kepada mereka “Sampai hari apakah ditangguhkan mengazab orang-orang kafir itu?” 13. لِيَوْمِ ٱلْفَصْلِ liyaumil-faṣl 13. Sampai hari keputusan. 14. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ wa mā adrāka mā yaumul-faṣl 14. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? 15. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 15. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 16. أَلَمْ نُهْلِكِ ٱلْأَوَّلِينَ a lam nuhlikil-awwalīn 16. Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? 17. ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ ٱلْءَاخِرِينَ ṡumma nutbi’uhumul-ākhirīn 17. Lalu Kami iringkan azab Kami terhadap mereka dengan mengazab orang-orang yang datang kemudian. 18. كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِٱلْمُجْرِمِينَ każālika naf’alu bil-mujrimīn 18. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. 19. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 19. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 20. أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ a lam nakhlukkum mim mā`im mahīn 20. Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? 21. فَجَعَلْنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ fa ja’alnāhu fī qarārim makīn 21. kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh rahim, 22. إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعْلُومٍ ilā qadarim ma’lụm 22. sampai waktu yang ditentukan, 23. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ ٱلْقَٰدِرُونَ fa qadarnā fa ni’mal-qādirụn 23. lalu Kami tentukan bentuknya, maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 24. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 24. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 25. أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ كِفَاتًا a lam naj’alil-arḍa kifātā 25. Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul, 26. أَحْيَآءً وَأَمْوَٰتًا aḥyā`aw wa amwātā 26. orang-orang hidup dan orang-orang mati? 27. وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ وَأَسْقَيْنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا wa ja’alnā fīhā rawāsiya syāmikhātiw wa asqainākum mā`an furātā 27. dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar? 28. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 28. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 29. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَا كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ inṭaliqū ilā mā kuntum bihī tukażżibụn 29. Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat “Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. 30. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ ظِلٍّ ذِى ثَلَٰثِ شُعَبٍ inṭaliqū ilā ẓillin żī ṡalāṡi syu’ab 30. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang, 31. لَّا ظَلِيلٍ وَلَا يُغْنِى مِنَ ٱللَّهَبِ lā ẓalīliw wa lā yugnī minal-lahab 31. yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka”. 32. إِنَّهَا تَرْمِى بِشَرَرٍ كَٱلْقَصْرِ innahā tarmī bisyararing kal-qaṣr 32. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. 33. كَأَنَّهُۥ جِمَٰلَتٌ صُفْرٌ ka`annahụ jimālatun ṣufr 33. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. 34. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 34. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 35. هَٰذَا يَوْمُ لَا يَنطِقُونَ hāżā yaumu lā yanṭiqụn 35. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara pada hari itu, 36. وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ wa lā yu`żanu lahum fa ya’tażirụn 36. dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka dapat minta uzur. 37. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 37. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 38. هَٰذَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ ۖ جَمَعْنَٰكُمْ وَٱلْأَوَّلِينَ hāżā yaumul-faṣli jama’nākum wal-awwalīn 38. Ini adalah hari keputusan; pada hari ini Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu. 39. فَإِن كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ fa ing kāna lakum kaidun fa kīdụn 39. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. 40. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 40. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 41. إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ وَعُيُونٍ innal-muttaqīna fī ẓilāliw wa uyụn 41. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan yang teduh dan di sekitar mata-mata air. 42. وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ wa fawākiha mimmā yasytahụn 42. Dan mendapat buah-buahan dari macam-macam yang mereka ingini. 43. كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ kulụ wasyrabụ hanī`am bimā kuntum ta’malụn 43. Dikatakan kepada mereka “Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”. 44. إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ innā każālika najzil-muḥsinīn 44. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 45. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 45. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 46. كُلُوا۟ وَتَمَتَّعُوا۟ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجْرِمُونَ kulụ wa tamatta’ụ qalīlan innakum mujrimụn 46. Dikatakan kepada orang-orang kafir “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu di dunia dalam waktu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”. 47. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 47. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 48. وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرْكَعُوا۟ لَا يَرْكَعُونَ wa iżā qīla lahumurka’ụ lā yarka’ụn 48. Dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’. 49. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 49. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 50. فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ fa bi`ayyi ḥadīṡim ba’dahụ yu`minụn 50. Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman? Asbabun Nuzul Surat al-Mursalat Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dari Juz ke-29 dan merupakan surah terakhir dari surah-surah Thiwal Al-Mufashshal yang dimulai dari surah Qaf hingga surah Al-Mursalat. Surah Al-Mursalat dari ayat pertama hingga terakhir termasuk surah Makkiyah berdasarkan pendapat jumhur ulama [1]. Dan jika kita melihat surah ini, maka kita akan dapati bahwa nuansa surah ini sama dengan surah-surah Makkiyah lainnya yang isinya adalah pengingkaran serta bantahan terhadap orang-orang musyrikin yang mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, kecuali satu ayat di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Rukuklah,” mereka tidak mau rukuk.” QS. Al-Mursalat 48 Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat Madaniyah karena shalat baru banyak dibicarakan tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam berpindah dari Mekkah ke Madinah. Akan tetapi hal ini dibantah oleh sebagian ulama bahwa ayat ini tetap termasuk Makkiyah, karena firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini maksudnya adalah “Jika mereka diperintahkan untuk masuk Islam mereka enggan”, yaitu Islam diungkapkan dengan ruku’ shalat, karena seseorang untuk bisa shalat dan rukuk, maka ia harus masuk Islam terlebih dahulu. Dan hal seperti ini pun sama dalam ayat-ayat yang lain seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ “Dan sungguh, dahulu di dunia mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat tetapi mereka tidak melakukan.” QS. Al-Qalam 43 [2] Surah Al-Qalam juga termasuk surah Makkiyah. Dan ayat ini bercerita tentang orang-orang musyrikin yang diperintahkan sujud, maksudnya adalah diperintahkan untuk masuk Islam. Demikian pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muddatstsir, مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar?” Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat.” QS. Al-Muddatstsir 42-43 Ayat ini maksudnya adalah orang-orang musyrikin dahulu tidak shalat dan tidak beriman tidak masuk Islam, sehingga menjerumuskan mereka ke dalam neraka Saqar. Oleh karenanya pendapat yang lebih benar adalah surah Al-Mursalat dari awal hingga akhir turun sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah atau dengan kata lain termasuk surah Makkiyah. Surah Al-Mursalat juga dikenal dengan surah Al-Urf[3] sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan.” QS. Al-Mursalat 1 عُرْفًا adalah satu kata yang tidak terdapat dalam surah-surah yang lain. Dan para ulama terbiasa memberi nama sebuah surah dengan menyebutkan awal surah atau menyebutkan satu kata dari surah tersebut yang tidak terdapat pada surah-surah yang lain. Oleh karenanya para ulama juga menyebut surah Al-Mursalat dengan surah Al-Urf karena kalimat عُرْفًا hanya ada pada surah Al-Mursalat. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa surah Al-Mursalat merupakan surah Makkiyah adalah perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu. Beliau berkata, نَزَلَتْ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ وَنَحْنُ مَعَهُ نَسِيرُ، حَتَّى أَوَيْنَا إِلَى غَارٍ بِمِنًى فَنَزَلَتْ، فَبَيْنَا نَحْنُ نَتَلَقَّاهَا مِنْهُ، وَإِنَّ فَاهُ لَرَطْبٌ بِهَا إِذْ وَثَبَتْ حَيَّةٌ، فَوَثَبْنَا عَلَيْهَا لِنَقْتُلَهَا فَذَهَبَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُقِيتُمْ شَرَّهَا كَمَا وُقِيَتْ شَرَّكُمْ “Ayat Warmusalaati Urfaa’ turun kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam pada malam Al-Jin[4] dan kami bersama sedang berjalan bersama beliau. Sampai ketika kami bernaung untuk bersembunyi di sebuah gua di Mina, maka turun ayat tersebut. Maka Nabi mengajarkan ayat tersebut kepada kami. Dan ketika baru saja ayat tersebut diajarkan kepada kami, tiba-tiba muncul seekor ular. Maka kami pergi untuk membunuhnya, akan tetapi ular itu kabur. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata Kalian telah selamat dari keburukan ular tersebut sebagaimana ular itu telah selamat dari keburukan kalian’.”[5] Ini menunjukkan bahwa surah ini turun di Mekkah sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Dan nuansa surah ini juga jelas berbicara tentang hari kiamat, tentang membantah orang-orang musyrikin yang mengingkari hari kiamat. Berbeda dengan ciri-ciri surah Madaniyah yang biasanya isinya berkaitan dengan fikih dan hukum-hukum. Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam shalat berjamaáh jahriyah sebelum beliau meninggal dunia, yaitu dalam shalat maghrib. Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang sakit parah akan meninggal dunia, shalat jahriyah yang terakhir beliau imami adalah shalat maghrib, dan tatkala itu Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwasanya pada waktu shalat maghrib, Nabi shallallahu alaihi wasallam biasanya membaca surah-surah Qishar Al-Mufashshal[6]. Adapun surah-surah Tiwal Al-Mufashshal yang di dalamnya termasuk surah Al-Mursalat biasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada saat shalat subuh. Adapun Aushat Al-Mufashshal[7] biasa Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada shalat-shalat subuh. Adapun yang disebut dengan surah-surah Mufashshal adalah surah yang terdiri dari surah Qaf hingga surah An-Naas. Intinya adalah ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sakit akan meninggal, beliau menjadi imam shalat maghrib dan membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwa ini bukanlah kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, قَرَأْتُ سُورَةَ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً فَسَمِعَتْنِي أُمُّ الْفَضْلِ امْرَأَةُ الْعَبَّاسِ، فَبَكَتْ وَقَالَتْ وَاللَّهِ يَا بُنَيَّ لَقَدْ أَذْكَرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّورَةَ إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهَا فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ “Aku membaca surah Walmursalati urfaa’, maka Ummu Al-Fadhl istri Abbas ibuku mendengarku membacanya. Maka dia pun menangis dan berkata Demi Allah Wahai anakku, engkau telah mengingatkanku ketika engkau membaca surah ini. Sesungguhnya ini adalah surah terakhir yang aku dengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membacanya pada shalat maghrib.”[8] Dan keterkaitan antara surat ini dengan yang sebelumnya adalah tatkala Allah pada surat sebelumnya yaitu surat al-Muddattsir berbicara tentang hari kiamat dan Allah menjelaskan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang ia kehendaki ke dalam surga, dan orang-orang yang zholim ke dalam neraka, maka pada ayat ini Allah azza wa jalla bersumpah bahwa itu akan terjadi dan Allah menjelaskan kapan waktunya dan tanda-tandanya, sehingga Allah bersumpah bahwa semua yang terkandung pada surat sebelumnya pasti terjadi. [9] _____________ Footnote [1] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [2] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [3] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/417 [4] Malam Al-Jin adalah malam di mana suatu hari para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ternyata pada malam itu Nabi shallallahu alaihi wasallam didatangi oleh sekelompok Jin meminta Nabi shallallahu alaihi wasallam berdakwah kepada kaum Jin. Maka pada malam itu para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam karena pergi mendakwahi para Jin. Maka malam perginya Nabi shallallahu alaihi wasallam dikenal dengan Malam Al-Jin Lailatul Jin. Lihat HR Muslim no 450 [5] Tafsir Al-Qurthubi 19/153 [6] Surah-surah pendek dari surah Ad-Dhuha hingga surah An-Naas [7] Surah-surah yang sedang, dimulai dari surah An-Naba’ hingga surah Al-Lail. [8] Tafsir Ath-Thabari 19/153 [9] Tafsir Ruh Al Ma’ani, Al Alusi, 15/187, Al Maroghi, 29/178
ASBABUNNUZUL SURAT AL AHZAB. 2.1 for Android | 0 Reviews | 0 Posts. Jebolan Lirboyo App Download APK (7.9 MB) Versions. Using APKPure App to upgrade ASBABUN NUZUL SURAT AL AHZAB, get PUBG MOBILE Free Redeem Code!
Surat Al Mursalat ayat 1-10. Sumber Surat Al Mursalat Ayat 1-10 Arab, Latin, dan ArtinyaSurat Al Mursalat ayat 1-10. Sumber عُرْفًاwal-mursalāti 'urfāArtinya, "Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,"فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًاfal-'āṣifāti 'aṣfāArtinya, "dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya,"فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًاfal-fāriqāti farqāArtinya, “dan malaikat-malaikat yang membedakan antara yang baik dan yang buruk dengan sejelas-jelasnya,”فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًاfal-mulqiyāti żikrāArtinya, “dan malaikat-malaikat yang menyampaikan wahyu,”عُذْرًا أَوْ نُذْرًا'użran au nużrāArtinya, “untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan.”إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَاقِعٌinnamā tụ'adụna lawāqi'Artinya, “Sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi.”فَإِذَا النُّجُومُ طُمِسَتْfa iżan-nujụmu ṭumisatArtinya, “Maka apabila bintang-bintang dihapuskan.”وَإِذَا السَّمَاءُ فُرِجَتْwa izas-samaa’u furijatArtinya, “dan apabila langit terbelah,”وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْwa izal-jibaalu nusifatArtinya, “dan apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu.”
AlMursalat Malaikat-Malaikat yang Diutus 50 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالۡمُرۡسَلٰتِ عُرۡفًا Wal mursalaati'urfaa 1. Demi (malaikat-malaikat) yang diutus untuk membawa kebaikan, Juz ke-29 tafsir ayat ke-1 فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا Fal'aasifaati 'asfaa 2. dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,
Ayat 1-19 surah Al-Mursalat menjelaskan kepastian terjadinya hari kiamat sehingga Allah bersumpah menggunakan nama-nama para malaikat-Nya. Kiamat adalah peristiwa yang menakutkan karena penghancuran seluruh alam semesta. Celakalah orang yang menolak kebenaran beritanya dan kebenaran Al-Qur’an. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang menuduh Al-Qur’an dusta akan binasa, seperti halnya dengan kaum-kaum terdahulu yang kafir pada rasul-rasul mereka. Ayat 20-40 meneruskan ayat sebelumnya terkait orang yang menolak kebenaran kiamat dan Al-Qur’an. Penolakan mereka tidak ilmiah. Bukankan mereka hadir ke atas bumi ini sesuai kehendak Allah melalui proses penciptaan yang ajaib. Allah kumpulkan mereka di bumi yang hidup dan yang mati. Allah ciptakan di atas bumi gunung-gunung tinggi sebagai pasak bumi dan air tawar untuk minum. Di akhirat, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka karena menolak semua fakta dan kebenaran tersebut. Ayat 41-50 dari surah Al-Mursalat ini menjelaskan orang-orang bertakwa masuk surga, di dalamnya ada naungan, mata air, buah-buhan yang menggiurkan dan dipersilahkan makan sepuasnya. Semua itu adalah balasan dari iman dan amal saleh yang mereka kerjakan semasa hidup di dunia. Adapun orang-orang kafir hanya menikmati sedikit kenikmatan dunia. Di akhirat, mereka pasti celaka. Hal itu disebabkan karena mereka menganggap semua janji Alah dan rasul-Nya adalah dusta dan tidak mau taat pada-Nya. Apakah ada kebenaran selain Al-Qur’an yang pantas diyakini? Tafsir Ibnu Katsir Al-Mursalat Al-Mursalat, ayat 1-15 Al-Mursalat, ayat 16-28 Al-Mursalat, ayat 29-40 Al-Mursalat, ayat 41-50
Pusatilmu pengetahuan jidal al quran qasas al quran aqsam al quran i jaz al asbabun nuzul. Asbabun nuzul surat al zalzalah (kegoncangan) gempa dan goncangan hebat di bumi, hari kiamat manusia di kumpulkan di padang mahsyar, hisab. Qur'an surat al zalzalah ayat 7 dan 8. 97 al qadr 98 al bayyinah 99 az zalzalah 100 al adiyat.
Tafsir Surat Al-Mursalaat Malaikat yang Diutus Surat Makkiyyah Surat Ke-77 50 Ayat Turunnya Surat Al-Mursalat Dan Membacanya Dalam Shalat Maghrib Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu anhu, ia berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah di sebuah gua di Mina tiba-tiba turun surat al-Mursalaat kepada beliau. Beliau membacanya dan saya mendengarkannya dari mulut beliau. Mulut beliau basah ketika membacanya. Tiba-tiba seekor ular menyerang kami, maka beliau pun bersabda اُقْتُلُوْهَا Bunuhlah ular itu’. Kami pun segera bangkit untuk membunuhnya, tetapi ular itu pergi, maka beliau bersabda وُقِيَتْ شَرَّكُمْ كَمَا وُقِيْتُمْ شَرَّهَا “Ia telah dilindungi dari keburukan kalian sebagaimana kalian terlindungi dari keburukannya.” Dikeluarkan juga oleh Muslim melalui jalur al-A’masy Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbass Radiyallahu anhuma dari ibunya bahwa dia telah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membaca surat al-Mursalaat di shalat Maghrib. Dalam riwayat Malik dari Ibnu Abbas bahwa Ummul Fadhl mendengarnya membaca surat al-Mursalaat, maka dia berkata, “Wahai anakku, bacaanmu itu mengingatkanku bahwa itulah surat terakhir yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ketika sedang shalat Maghrib.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim melalui jalur Malik. بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Al-Mursalaat, Ayat 1-15 وَالْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا، فَالْعٰصِفٰتِ عَصْفًا، وَّالنّٰشِرٰتِ نَشْرًا، فَالْفٰرِقٰتِ فَرْقًا، فَالْمُلْقِيٰتِ ذِكْرًا، عُذْرًا اَوْ نُذْرًا، اِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ، فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْ، وَاِذَا السَّمَاۤءُ فُرِجَتْ، وَاِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ، وَاِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتْ، لِاَيِّ يَوْمٍ اُجِّلَتْ، لِيَوْمِ الْفَصْلِ، وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ، وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan 1 dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya 2 dan malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Allah dengan seluas-luasnya 3 dan malaikat-malaikat yang membedakan antara yang baik dan yang buruk dengan sejelas-jelasnya 4 dan malaikat-malaikat yang menyampaikan wahyu 5 untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan 6 Sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi 7 Maka apabila bintang-bintang dihapuskan 8 dan apabila langit terbelah 9 dan apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu 10 dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktunya 11 Niscaya dikatakan kepada mereka, “Sampai hari apakah ditangguhkan azab orang-orang kafir itu?” 12 Sampai hari keputusan 13 Dan tahukah kamu apakah hari ke-putusan itu? 14 Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.” 15 Sumpah Allah Dengan Makhluk-Makh- Luk-Nya Atas Terjadinya Hari Kiamat Ibnu Abi Hatim berkata dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu, “Firman- Nya, { وَالْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا }, Demi yang diutus untuk membawa kebaikan,’ yakni para Malaikat.” Demikian pula yang diriwayatkan dari Masruq, Abudh Dhuha, Mujahid, as-Suddi dan ar-Rabi’ bin Anas. Diriwayatkan dari Abu Shalih, ia berkata, “Yakni para utus- an.” Dalam riwayat lain darinya, “Yakni Malaikat.” Demikian pula pendapat Abu Shalih tentang al-Aashifaat, al-Naasyiraat, al-Faariqaat dan al-Mulqiyaat, bahwa mereka adalah Malaikat. Ats-Tsauri berkata dari Salamah bin Kuhail dari Muslim al-Bathin dari Abul Ubaidain, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang {الْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا} maka dia menjawab, “Yakni angin.” Demikian pula pendapatnya tentang al-Aashifaati ashfaa dan al-Naasyiraati nasyraa, bahwa itu adalah angin.’ Demikian pula pendapat Ibnu Abbas , Mujahid dan Qatadah.” Ibnu Jarir berpendapat bahwa al-Aashifaati ashfaa adalah angin, sebagaimana pendapat Ibnu Mas’ud beserta para pengikutnya, namun dia tidak memastikan tentang an-Naasyiraati nasyraa, apakah Malaikat ataukah angin. Dari Abu Shalih, bahwa an-Naasyiraati nasyra adalah hujan. Adapun yang lebih jelas, maknanya adalah angin, sebagaimana firman-Nya, { وَاَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ } “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan.” QS. Al-Hijr 22 [Di sini Allah Subhanallahu wa ta’ala menggunakan kalimat arsalnaa Kami mengutus, maka tepat apabila angin yang diutus-Nya dinamakan al-mursalaat] Dan sebagaimana pula firman Allah , { وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ } “Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya hujan.”QS. Al-Furqaan 48 [Di sini pun Allah Subhanallahu wa ta’ala menggunakan kalimat yursilu Dia mengutus maka secara bahasa tepat sekali apabila angin yang diutus-Nya dinamakan al-mursalaat] Oleh karena itu, maka al-Aashifaat pun adalah angin. Dikatakan, ashafatir riyaah, artinya angin yang berhembus kencang hingga bersuara. Demikian pula an-naasyiraat, yakni angin yang menyebarkan awan di langit, sebagaimana yang Allah Subhanallahu wa ta’ala kehendaki. Firman-Nya, {فَالْفٰرِقٰتِ فَرْقًا فَالْمُلْقِيٰتِ ذِكْرًا عُذْرًا اَوْ نُذْرًا} “Dan yang membedakan antara yang baq dan yang bathil dengan sejelas-jelasnya, dan yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan,”yakni Malaikat. Demikianlah pendapat Ibnu Mas’ud Ibnu Abbass, Masruq, Mujahid, Qatadah, ar-Rabi’ bin Anas, as-Suddi dan ats-Tsauri.” Tidak ada perbedaan pendapat di sini, karena para Malaikat itulah yang diperintahkan untuk turun kepada para Rasul dalam rangka membedakan antara yang benar dan yang salah, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara yang halal dan yang haram. Mereka Malaikat juga menyampaikan wahyu kepada para Rasul yang berisi peringatan kepada para makhluk atas hukuman Allah apabila mereka durhaka kepada-Nya. Firman-Nya, {اِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ} “Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. ” Ini adalah isi sumpah al-muqsam alaih. Artinya, apa yang telah Aku janjikan kepada kalian, yakni hari Kiamat -termasuk di dalamnya peniupan Sangkakala, pembangkitan jasad, pengumpulan seluruh manusia dari awal hingga akhir dalam satu tempat, dan pembalasan kepada setiap pelaku sesuai dengan perbuatannya jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk maka balasannya pun buruk,- semua itu pasti terjadi dan terwujud, tidak bisa tidak. Hal-Hal Yang Terjadi Pada Hari Kiamat Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْ} “Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, “yakni cahayanya hilang, seperti firman-Nya, {وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْ} “Dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” QS. At-Takwiir 2 dan {وَاِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ} “Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan.” QS. Al-Infithaar 2 Firman-Nya, {وَاِذَا السَّمَاۤءُ فُرِجَتْ} “Dan apabila langit telah dibelah, yakni terbelah, terpecah, pilar-pilarnya runtuh dan bagian-bagiannya berjatuhan. Firman-Nya, {وَاِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ} “Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,” yakni hilang tanpa bekas, seperti firman-Nya, {وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا لَّا تَرٰى فِيْهَا عِوَجًا وَّلَآ اَمْتًا} “Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka kata- kanlah Rabb-ku akan menghancurkanmya di hari Kiamat sehancur- hancurnya, maka Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” QS. Thaahaa 105-107 Dan {وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًا} “Dan ingatlah akan hari yang ketika itu Kami perjalankan gunung- gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” QS. Al-Kahfi 47 Mengenai firman-Nya, {وَاِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتْ} “Dan apabila Rasul-Rasul telah ditetapkan waktu mereka,” Al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas Radiyallahu anhuma, “Yakni waktu para Rasul itu dikumpulkan.” Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini seperti firman-Nya, {يَوْمَ يَجْمَعُ اللّٰهُ الرُّسُلَ} Ingatlah, hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul.’ QS. Al-Maa-idah 109” Mujahid berkata, “Maksudnya yakni ditangguhkan.” Ats-Tsauri berkata dari Manshur dari lbrahim, “Maksudnya yakni dijanjikan.” Seolah-olah dia menjadikannya seperti firman-Nya, وَاَشْرَقَتِ الْاَرْضُ بِنُوْرِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتٰبُ وَجِايْۤءَ بِالنَّبِيّٖنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ “Dan terang benderanglah bumi padang mahsyar dengan cahaya keadilan Rabb-nya, dan diberikanlah buku perhitungan perbuatan masing-masing dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.” QS. Az-Zumar 69 Kemudian Allah berfirman, {لِاَيِّ يَوْمٍ اُجِّلَتْ لِيَوْمِ الْفَصْلِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ} “Niscaya dikatakan kepada mereka Sampai hari apakah ditangguhkan mengadzab orang-orang kafir itu?’ Sampai bari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itus Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” Dalam ayat ini Allah Subhanallahu wa ta’ala ingin menyatakan mengapa perkara para Rasul itu ditangguhkan, ditunda dan diundurkan hingga hari Kiamat. Ayat ini sebagaimana firman-Nya, فَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ مُخْلِفَ وَعْدِهٖ رُسُلَهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ “Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah akan menyalahi janji-Nya kepada Rasul-Rasul-Nya, sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan. Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke ha- dirat Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.” QS. Ibrahim 47-48 Itulah hari keputusan yang dimaksudkan dalam firman-Nya, {لِيَوْمِ الْفَصْلِ} “Sampai hari Keputusan.” Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala mengagungkan hari itu dengan firman- Nya, {وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ} “Dan tahukah kamu apakah hari Keputusan itu? Kećelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang- orang yang mendustakan,”yakni kecelakaanlah bagi mereka yang mendapatkan siksaan Allah pada hari Kiamat. Disalin ulang dari Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta
Saya telah dibuat oleh surat Hud, Al-Waqiah, Al-Mursalat, Amma Yatasan Alun (An-Naba), dan Izasy-Syamsu Kuwwirat (Asy-Syam)," (H.R. Tirmidzi) Sura Al-Waqiah merupakan surat makiyyah karena diturunkan di Mekkah, mengandung 96 ayat, 370 huruf dan 1756 kata. Rasulullah SAW kerap membaca surat ini ketika menunaikan sholat dua rakaat 5 Jan asbabun nuzul surah alqur’an 48. dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’*. Al-Mursalaat 48 * Sebagian ahli tafsir mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan rukuk di sini ialah tunduk kepada perintah Allah; sebagian yang lainnya mengatakan, Maksudnya ialah shalat. Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Mujahid bahwa Firman Allah, wa idzaa qiila lahumurka’uu laa yarka’uun dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’ Al-Mursalaat 48 turun berkenaan dengan suku Tsaqif yang tidak mau rukuk shalat. Sumber Asbabunnuzul, KHQ. Shaleh dkk Tagal mursalaat, al mursalat, Al-qur'an, Asbabun nuzul, bahasa indonesia, hadits, islam, religion, riwayat, surah, surat, tafsir
. 2428331018332460459469