dDengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang maj menjadi kokoh dan kuat e. Pengalaman sejarah bangsa Indonesia pernah dijajah oleh bangsa barat selama 350 tahun 7. Indonesia adalah negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan konflik. Hal ini disebabkan a. Adanya pemisahan TNI dan POLRI b.

★ SMA Kelas 11 / Soal UAS PKN SMA Kelas XI Semester 1Persatuan dan kesatuan kokoh apabila…. a. setiap orang saling terbuka terhadap kepentingannya b. setiap golongan bangsa berani membuka aibnya c. para pemimpin mampu membuka dirinya d. tidak ada kesewenang-wenangan dalam kehidupan e. membuka diri dengan bebas pada setiap pergaulanPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Congratulate and Compliment - Bahasa Inggris SMA Kelas 10My sister… 1 to cook. … 2 always has brilliant ideas for my lunch every day. … 3 cooks oxtail soup for today. I invite my friends to our house to taste this soup. … 4 love it so much and tell … 5 sister to open a restaurant because they think many people will like this soup and she will make much money from …6. The correct personal pronoun for number 4 is …A. HeB. SheC. heyD. themCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaMatematika Tema 6 SD Kelas 1Bahasa Sunda SD Kelas 5PTS 1 Tema 1 IPS SD Kelas 4Pengukuran - Matematika SD Kelas 3PTS Tema 2 SD Kelas 1Surat Pribadi dan Surat Dinas - Bahasa Indonesia SMP Kelas 7Bahasa Jawa SD Kelas 1Tema 2 Subtema 3 SD Kelas 3BMR Budaya Melayu Riau Semester 1 Ganjil SMP Kelas 7Bahasa Jawa Semester 1 Ganjil SD Kelas 4 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia. 63 Persatuan dan kesatuan bangsa sangat penting bagi bangsa Indonesia, hal itu karena . A. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleransi B. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam C. Bangsa Indonesia memiliki semboyan bhinneka tunggal ika D. Dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk akan menjadi kokoh dan kuat. 64. Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal SMA PPKn Acak ★ Soal UAS PKN SMA Kelas XI Semester 1Persatuan dan kesatuan kokoh apabila…. a. setiap orang saling terbuka terhadap kepentingannya b. setiap golongan bangsa berani membuka aibnya c. para pemimpin mampu membuka dirinya d. tidak ada kesewenang-wenangan dalam kehidupan e. membuka diri dengan bebas pada setiap pergaulan Pilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Soal UAS PKN SMA Kelas XI Semester 1Berikut ini yang merupakan contoh fakta yang bertentangan dengan kodrat alam adalah …. a. tidak membayar gaji pembantu b. terlibat korupsi c. bersifat pilih kasih d. pria berpenampilan dan berperan sebagai wanita e. tidak menghargai prestasi orang lain Materi Latihan Soal LainnyaSejarah kebudayaan Islam SKI MI Kelas 5PH Matematika SD Kelas 3Remedial Bahasa Indonesia SMA Kelas 11PAS IPA SMP Kelas 8PTS Semester 1 Ganjil Bahasa Sunda SD Kelas 3Brosur - Bahasa Indonesia SD Kelas 6Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara - PPKn SMA Kelas 10UTS PPKn Semester 1 Ganjil SMA Kelas 11Kuis Tema 2 SD Kelas 2IPA - SD Kelas 5Cara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang Jika halaman ini selalu menampilkan soal yang sama secara beruntun, maka pastikan kamu mengoreksi soal terlebih dahulu dengan menekan tombol "Koreksi" diatas. Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia. D dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk akan menjadi kokoh dan kuat. 4. Apabila Pendidikan Kewarganegaraan diabaikan, yang akan terjadi adalah Berikut ini yang bukan merupakan prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan adalah . A. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret lalu, telah membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali aspek sosial budaya. Dampak terhadap aspek sosial budaya, salah satunya adalah gegar budaya yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan kecil dan pedesaan. Masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup komunal dan guyub dengan mengedepankan prinsip gotong royong dalam menyelesaikan segala permasalahan, mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada seperti mematuhi kebijakan penjarakkan sosial demi memitigasi dampak pandemi. Kelambanan dan ketidaksiapan dalam melakukan adaptasi terhadap kebiasaan baru tersebut, berdampak pada terjadinya gegar budaya di masyarakat. Gegar budaya sendiri mengakibatkan munculnya ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Muncul rasa saling tidak percaya antarmasyarakat karena masih adanya sekelompok masyarakat yang tidak peduli pada protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam penanganan pandemi lainnya. Muncul antipati masyarakat terhadap aparat pemerintah yng ditunjuk untuk melakukan langkah mitigasi penyebaran Covid-19 seperti kepolisian dan tenaga medis. Kondisi ini sangatlah tidak menguntungkan. Situasi pandemi yang notabene membutuhkan kerja sama yang solid dan rasa senasib sepenanggungan sebagai sebuah bangsa justru terancam perpecahan. Belum lagi apabila mempertimbangkan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan AGHT lainnya terhadap persatuan dan kesatuan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Memperkokoh Nilai Persatuan dan Kesatuan Dalam Rangka Mengatasi Gegar Budaya Akibat Pandemi Covid-19 Oleh Boy Anugerah, Pendahuluan Saat ini bangsa Indonesia sedang berada dalam situasi yang sulit, sehubungan dengan pandemi Covid-19 yang masih melanda hingga hari ini. Covid-19 tidak hanya berdampak negatif terhadap sektor kesehatan saja, yakni pihak-pihak yang terpapar Covid-19, tapi juga berdampak pada multi-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti pendidikan, pariwisata, industri, perdagangan, hingga sosial dan budaya. Data per 3 Oktober 2020 menunjukkan bahwa total kasus positif Covid-19 menyentuh angka kasus, perinciannya; pasien meninggal dunia dan dinyatakan sembuh. Dari 34 provinsi di Indonesia, Provinsi Jawa Tengah berada di urutan ke-4 dengan jumlah angka kasus positif tertinggi, yakni kasus, berada di belakang DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa bidang ekonomi termasuk di dalamnya sektor pariwisata, industri, dan perdagangan, Indonesia dipastikan memasuki jurang resesi setelah pada kuartal kedua membukukan pertumbuhan negatif sebesar -5,32 persen dan diprediksi akan terus berlanjut hingga kuartal ketiga 2020.“Data Covid-19 di Indonesia 3 Oktober 2020”, diakses di pada 3 Oktober 2020 pukul WIB. “Awas! Ini Risikonya Setelah Ekonomi Masuk Jurang Resesi”, diakses di berbagai dampak negatif pandemi yang bersifat lintas sektor tersebut, pemerintah mengambil berbagai kebijakan yang dipandang perlu sebagai strategi mitigasi dan penanganan. Pemerintah pusat misalnya, menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB yang diikuti dengan himbauan untuk melakukan penjarakkan sosial physical distancing. Masyarakat juga dihimbau untuk mematuhi protokol kesehatan seperti tidak membentuk kerumunan pada saat berinteraksi, menggunakan masker, menjaga jarak dalam aktivitas sehari-hari, serta himbauan untuk selalu mencuci tangan. Kebijakan ini diikuti oleh pemerintah daerah dari berbagai provinsi, tidak terkecuali Pemerintah Provinsi Pemprov Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Pemkot Surakarta. Meskipun tidak menerapkan kebijakan PSBB, Pemkot Surakarta misalnya, menerapkan kebijakan isolasi skala mikro kecil dengan menyasar keluarga atau lingkungan yang terpapar Covid-19. Kebijakan PSBB tidak diterapkan karena berpotensi mengganggu perekonomian bidang masuk-jurang-resesi, pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi ke-5”, diakses di pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. ”Kasus Covid-19 Terus Naik, Pemkot Solo Pastikan Tak Ambil Kebijakan PSBB”, diakses di 2 ekonomi, pemerintah pusat mengalokasikan dana penanganan pandemi sebesar 695,2 triliun rupiah yang dibagi ke dalam enam sektor besar, yakni; kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, UMKM, pembiayaan korporasi, serta dukungan bagi kementerian dan lembaga dan pemerintah daerah Pemprov/Pemkot/Pemkab.Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menaruh perhatian yang tinggi terhadap masyarakat. Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi keselamatan dan terpenuhinya hajat hidup masyarakat tanpa kecuali. Namun demikian, apa yang ditempuh oleh pemerintah tersebut belum bisa dikatakan sepenuhnya optimal. Masih ada “ruang kosong” kebutuhan masyarakat yang belum sepenuhnya menjadi atensi pemerintah. “Ruang kosong” yang dimaksudkan di sini adalah dampak negatif pandemi di bidang sosial budaya. Tidak dimungkiri bahwa ada efek gegar budaya di masyarakat selama pandemi berlangsung sejak Maret lalu. Masyarakat menjadi berjarak satu sama lain, padahal budaya masyarakat Indonesia sangatlah guyub dan komunal. Kebijakan penjarakkan sosial, suka tidak suka, mengakibatkan masyarakat menjadi berjarak satu sama lain, bahkan dengan keluarga sendiri. Protokol kesehatan yang diberlakukan di segala lini misalnya, berdampak pada hilangnya kewajiban dan ikatan batin-emosional keluarga untuk pastikan-tak-ambil-kebijakan-psbb, pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. “Pemerintah Cairkan Rp. 304,6 Triliun Untuk Penanganan Covid-19”, diakses di pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. mengurus jenazah sanak keluarganya yang wafat karena Covid-19. Tak heran, kasus-kasus seperti pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 marak terjadi seperti halnya yang terjadi di Makassar dan singkat, berbagai kebijakan penanganan pandemi yang dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, termasuk di Pemkot Surakarta, belum sepenuhnya dan terfokus menyentuh pada aspek sosial dan budaya. Kebijakan penanganan masih terpusat pada dua lokus besar, yakni ekonomi dan kesehatan. Wajar saja jika gegar budaya menjadi sebuah keniscayaan di masyarakat. Pada tahap lebih lanjut, gegar budaya yang mulai menggerogoti masyarakat ini, apabila tidak ditangani melalui sebuah kebijakan khusus, maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap persatuan dan kesatuan. Mereka yang dirinya atau keluarganya terpapar Covid-19, menjadi distrust kepada aparat pemerintah, bahkan pemerintah sendiri karena merasa dijauhkan dari keluarganya. Mereka yang terpapar menjadi tidak jujur dan menyembunyikan penyakitnya hanya karena harus mengalami isolasi yang menjauhkan mereka dari keluarga. Sebagai akibatnya, lonjakan penderita Covid-19 menjadi meningkat. Kebijakan penanganan pandemi di bidang sosial budaya untuk memitigasi dan menangani gegar budaya adalah sebuah keharusan untuk dilakukan. Pembahasan Gegar budaya merupakan sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Oberg untuk mendeskripsikan respons yang “Gegar Budaya Karena Pandemi”, diakses di pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. 3 mendalam dan negatif dari perasaan depresi, frustrasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru. Istilah ini merujuk pada sikap yang menyatakan ketiadaan arah, merasa tidak mengetahui harus melakukan apa dan bagaimana mengerjakan sesuatu dalam lingkungan yang baru. Orang yang mengalami gegar budaya juga tidak mengetahui mana ukuran yang sesuai dan tidak sesuai dari tindakan yang dilakukan. Ward 2001 mendefinisikan gegar budaya sebagai suatu proses aktif dalam menghadapi perubahan saat seseorang berada pada lingkungan yang baru, yang tidak familiar sama sekali. Edward Hall 2011 mendefinisikan gegar budaya sebagai gangguan ketika segala hal yang biasa dihadapi ketika di tempat asal menjadi berbeda dengan segala hal yang dihadapi di tempat atau lingkungan yang baru. Lebih lanjut, Furnham dan Bochner 1970 menyatakan bahwa gegar budaya adalah sebuah kondisi yang mana seseorang tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari budaya baru, atau jika ia mengenalnya, maka ia tidak mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan di lingkungan baru gegar budaya yang terjadi di masyarakat Indonesia di masa pandemi bukan dikarenakan masyarakat berada pada suatu lokus atau lingkungan sosial yang baru. Akan tetapi, gegar budaya yang terjadi lebih dikarenakan masyarakat belum sepenuhnya terbiasa untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dijalankan di masa pandemi, seperti halnya pemberlakukan protokol kesehatan di “Definisi Culture Shock”, diakses di pada 3 Oktober 2020, pukul WIB. segala lini kehidupan masyarakat. Masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan kecil dan pedesaan, yang masih memegang teguh nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat, seperti halnya masyarakat di wilayah Surakarta, adalah masyarakat yang sangat guyub dan memegang teguh prinsip komunalisme. Artinya, apapun permasalahan di masyarakat, baik yang sifatnya permasalahan bersama maupun permasalahan pribadi anggota masyarakat yang menuntut uluran tangan bersama, akan diselesaikan secara bersama-sama juga dengan mekanisme yang guyub dan penuh musyawarah mufakat. Secara filosofis, masyarakat Indonesia benar-benar mempraktikkan budaya gotong royong, holopis kuntul baris. Praktik keguyuban dan komunalisme, sebagai contoh, dapat dilihat pada laku hidup masyarakat Surakarta sehari-hari. Sejak kecil, anak-anak diajarkan untuk patuh dan hormat kepada orang tua. Mereka dididik tidak hanya untuk menghargai orang tua dan orang yang lebih tua toto kromo, tapi juga bagaimana berbakti dan bersikap baik pada orang tua dan orang yang lebih tua. Begitu halnya kaum perempuan. Dari sisi agama maupun budaya, mereka diajarkan untuk berbakti kepada suami sebagai pendamping hidup dan kepala keluarga. Namun demikian, pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret lalu, membawa perubahan sosial yang mendasar di masyarakat. Pemberlakukan protokol kesehatan, khususnya penjarakkan sosial dan mekanisme interaksi dengan mereka yang terpapar Covid-19, membuat masyarakat gamang dan kehilangan arah dalam bersikap. Lebih-lebih ketika orang tua, suami, atau keluarga lainnya yang terpapar Covid-19. Anak-anak tidak bisa mengurus orang tuanya yang terpapar penyakit. Istri 4 tidak bisa mengurus dan berbakti kepada suaminya yang terbaring di rumah sakit karena pandemi. Hal ini berlanjut ketika orang tua dan suami tersebut dinyakatakan wafat. Mereka jadi tidak bisa mengurus dan mengantarkan orang yang mereka kasihi hingga ke liang lahat. Selain perasaan kehilangan yang mendalam, mereka juga dibekap oleh perasaan bersalah. Situasi dan kondisi sedemikian menjadi pemicu mengapa aksi-aksi pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 terjadi di berbagai daerah di Indonesia, seperti yang pernah terjadi di Makassar dan Surabaya. Situasi ini juga terjadi di Surakarta meskipun tidak sampai pada level seekstrem itu. Di masyarakat Surakarta, seperti jamaknya masyarakat di daerah lain, terjadi keengganan masyarakat untuk melaporkan anggota keluarga yang terpapar Covid-19 kepada petugas. Jangankan melapor, sebagain besar masyarakat merasa enggan untuk melakukan tes cepat masal dan tes usap. Mereka khawatir apabila terbukti reaktif atau positif, akan terjadi pengucilan sosial dari masyarakat sekitar. Mereka khawatir, apabila melapor, maka mereka harus memenuhi prosedur isolasi atau karantina yang menjauhkan mereka satu sama lain dengan keluarga. Kondisi ini menimbulkan antipati masyarakat terhadap aparat pemerintah yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan deteksi dini penyebaran Covid-19, seperti polisi, dokter, dan perawat. Yang lebih berbahaya, terjadi rasa saling curiga di antara masyarakat sendiri. Sebagai akibatnya, penyebaran Covid-19 menjadi sulit ditekan karena ada permasalahan sosial budaya di masyarakat yang tidak tersentuh kebijakan. Tidak tersentuhnya “ruang kosong” bernama aspek sosial budaya ini oleh pemerintah, apabila tidak disikapi secara bijak, maka akan menimbulkan permasalahan yang jauh lebih pelik, yakni goyahnya persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi nilai dan esensi penting Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup bangsa Indonesia. Mengapa bisa dikatakan sedemikian? Pertama, rasa saling curiga di antara sesama masyarakat akan berdampak pada pecahnya kohesi sosial masyarakat. Perebutan paksa jenazah Covid-19 antara petugas medis dan keluarga pasien menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Profesi dokter dan perawat menjadi profesi yang dimusuhi oleh keluarga pasien Covid-19. Kedua, keengganan masyarakat untuk mengikuti tes cepat masal dan tes usap berdampak pada tidak terpetakannya penyebaran pandemi secara akurat. Lebih lanjut, hal ini berakibat pada bertambahnya angka kasus positif di tiap daerah, tidak terkecuali di wilayah Surakarta. Hal ini menimbulkan ketegangan antara satuan khusus yang ditunjuk oleh pemerintah pusat Satgas Covid-19 misalnya dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah kerap menjadi kambing hitam karena dianggap tidak mampu menekan laju angka penyebaran Covid-19. Hal ini sangatlah buruk bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Di era pandemi ini, persatuan dan kesatuan seyogianya dijadikan sebagai fondasi dan modal dasar untuk berjuang dan bergerak bersama agar terbebas dari wabah pandemi. Butuh sinergi antara pemerintah dan Yuliarto, Achmad, dkk. 2020. Bahan Ajar Bidang Studi Empat Konsensus Dasar Bangsa Sub Bidang Studi Pancasila Tahun 2020. Jakarta Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. Halaman. 34. 5 masyarakat. Butuh kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah harus mampu menyusun strategi dan kebijakan yang pas untuk menahan laju penyebaran pandemi. Masyarakat juga dituntut untuk mematuhi dan menjalankan kebijakan yang ditetapkan. Persoalan merajut persatuan dan kesatuan menjadi bertambah pelik tatkala ada kelompok-kelompok yang kerap melontarkan kritik yang menggerus kredibilitas pemerintah, tapi nir-solusi. Gegar budaya di masyarakat yang menjadi persoalan yang harus ditangani, turut dikomodifikasi sebagai bentuk ketidakcermatan dan lemahnya respons pemerintah dalam menyikapi situasi yang ada. Celakanya, masyarakat sendiri tidak memiliki kapasitas yang memadai dalam melihat dan bersikap atas kendala yang mereka hadapi. Mereka kehilangan arah dan gamang sehingga melakukan tindakan yang cenderung keliru seperti tetap mudik ketika pemerintah melarang untuk mudik, tetap menggelar pengajian rutin ketika ada larangan berkumpul, bahkan merebut jenazah keluarga yang terinfeksi Covid-19 padahal ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi. PENUTUP Kesimpulan Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret lalu, telah membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali aspek sosial budaya. Dampak terhadap aspek sosial budaya, salah satunya adalah gegar budaya yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan kecil dan pedesaan. Masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup komunal dan guyub dengan mengedepankan prinsip gotong royong dalam menyelesaikan segala permasalahan, mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada seperti mematuhi kebijakan penjarakkan sosial demi memitigasi dampak pandemi. Kelambanan dan ketidaksiapan dalam melakukan adaptasi terhadap kebiasaan baru tersebut, berdampak pada terjadinya gegar budaya di masyarakat. Gegar budaya sendiri mengakibatkan munculnya ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Muncul rasa saling tidak percaya antarmasyarakat karena masih adanya sekelompok masyarakat yang tidak peduli pada protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam penanganan pandemi lainnya. Muncul antipati masyarakat terhadap aparat pemerintah yng ditunjuk untuk melakukan langkah mitigasi penyebaran Covid-19 seperti kepolisian dan tenaga medis. Kondisi ini sangatlah tidak menguntungkan. Situasi pandemi yang notabene membutuhkan kerja sama yang solid dan rasa senasib sepenanggungan sebagai sebuah bangsa justru terancam perpecahan. Belum lagi apabila mempertimbangkan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan AGHT lainnya terhadap persatuan dan kesatuan. Saran Kebijakan mitigasi dan kurasi Covid-19 yang ditempuh oleh pemerintah masih bertumpu pada dua simpul besar, yakni kesehatan dan ekonomi. Aparatus negara yang ditunjuk dalam satuan penanganan juga masih didominasi oleh para pakar di bidang kesehatan dan ekonomi, bahkan militer yang notabene kurang 6 memiliki keahlian, dilibatkan hanya sekedar untuk mengamplifikasi suasana kedaruratan akibat pandemi. Dengan fakta sedemikian, wajar saja apabila aspek sosial budaya tidak tersentuh, malah berujung pada terciptanya gegar budaya yang kronis di masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah disarankan untuk menyusun kebijakan mitigasi dan penanganan pandemi di bidang sosial budaya dengan memasukkan nilai-nilai Pancasila di dalamnya, khususnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Secara teknis, kebijakan ini dapat ditumpukan kepada pemerintah daerah dengan melibatkan para tokoh masyarakat, seperti tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemuda dalam sosialisasi dan monitoring protokol kesehatan. Penggunaan simpul-simpul penting dalam masyarakat ini diharapkan dapat saling mendukung dan menguatkan dengan kebijakan yang sudah ditempuh sebelumnya. Kebijakan ini diharapkan tidak hanya berkontribusi dalam menangani pandemi, tapi juga dapat memperkokoh nilai-nilai persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila. Referensi “Data Covid-19 di Indonesia 3 Oktober 2020”, diakses di “Awas! Ini Risikonya Setelah Ekonomi Masuk Jurang Resesi”, diakses di “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi ke-5”, diakses di ”Kasus Covid-19 Terus Naik, Pemkot Solo Pastikan Tak Ambil Kebijakan PSBB”, diakses di “Pemerintah Cairkan Rp. 304,6 Triliun Untuk Penanganan Covid-19”, diakses di “Gegar Budaya Karena Pandemi”, diakses di Yuliarto, Achmad, dkk. 2020. Bahan Ajar Bidang Studi Empat Konsensus Dasar Bangsa Sub Bidang Studi Pancasila Tahun 2020. Jakarta Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Berkaitandengan Wawasan Nusantara yang sarat dengan nilai – nilai budaya bangsa dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa , apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan
BERBEDA dengan tahun-tahun sebelumnya, HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini dirayakan dengan suasana keprihatinan lantaran kasus pandemi covid-19 yang belum juga lenyap. Meski begitu sejatinya kondisi tersebut tidak mengurangi kekhusukan kita dalam merayakan moment bersejarah tersebut pada 17 Agustus nanti. Sebalikya, justru kita harus lebih memperat persatuan, lebih bijak, lebih kukuh, dan lebih kuat dalam menghadapi kondisi saat ini layaknya burung rajawali. Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Pol Istiono mengungkapkan hal tersebut. Baca juga Persatuan Bangsa, Belajar dari Sejarah Menurutnya, Rajawali merupakan perlambang burung yang memiliki kelebihan sifat yang peka, tenang membaca situasi, tidak banyak bicara, punya penglihatan tajam, pandai dalam strategi dan taktik, kokoh dan kuat. Kehidupan awal rajawali yang selalu terbang tinggi tak pernah mudah. "Intinya, rajawali mengajari kita tentang bagaimana menjadi pribadi yang bisa 'terbang tinggi' menggapai impian," ujar istiono di Jakarta, Rabu 12/8 Berangkat dari filosofi burung rajawali itulah, ia mengaku ketika menjabat Kapolda Bangka Belitung Babel, mencermati dinamika yang berkembang di masyarakat menjelang pesta demokrasi pemilihan Presiden. Demi mencegah timbulnya perpecahan, ia pun merangkul semua kalangan dan kemudian digagas simbul pemersatu Rajawali. "Makna Rajawali ini adalah, Rawat keberagaman, Jaga persatuan dan kesatuan, kawal kemerdekaan dan pembangunan, serta Indahnya kebersamaan. Membaca situasi menjelang Pilpres, sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat kami tertantang untuk meredam dan mendamaikan situasi," bebernya. Baca juga Persatuan Indonesia Sebagai sebuah bangsa, kata dia, Indonesia harus bersyukur karena dianugerahi keberagaman. Keberagaman itu dapat dilihat dari suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi. Keberagaman suku yang ada di Indonesia harus dimaknai sebagai kekayaan yang harus dirawat dan dijaga bersama-sama. Keberagaman suku apabila dipandang positif akan menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia. "Persatuan dan kesatuan bangsa sangat penting bagi bangsa Indonesia. Hal itu karena dengan persatuan dan kesatuan, bangsa Indonesia yang majemuk akan menjadi kokoh dan kuat. Indonesia adalah negara kesatuan terbentuk dari unsur satu kesatuan yang tidak terpisahkan," urainya. Sayangnya, lanjut dia, dengan kemajemukan dan keberagaman itu, Indonesia juga menyimpan potensi perpecahan. Ia mencontohkan sejumlah negara di dunia yang terkoyak akibat perbedaan, seperti Yugoslavia. Itu sebabnya mantan Kapolda Babel 2018-2019 itu berharap, pada peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI bisa dijadikan momentum untuk mawas diri, memperbaiki kualitas hidup berbangsa, dan merawat persatuan. Baca juga Upacara HUT RI ke-75 akan Dibuat Minimalis, Ini Simulasinya "Hari kemerdekaan masih dibayangi dengan keprihatinan kita bersama terkait adanya pandemi covid-19 yang belum juga menunjukkan tanda-tanda kapan akan berakhir. Di tengah keprihatinan kita bersama ini, masalah pembangunan manusia masih cukup memprihatinkan." "Memperbaiki kualitas dan daya saing sumber daya manusia bangsa adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Perlu terobosan dalam pembangunan manusia agar bisa membuahkan produktivitas yang tinggi serta meningkatnya nilai tambah lokal. Saatnya kerja yang cerdas dan berkualitas. Kita membutuhkan bermacam inovasi sebagai solusinya," kata Istiono lagi. Menurutnya, kemerdekaan Indonesia pada prinsipnya harus menjadi spirit untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan keadilan sosial. Memasuki usia 75 tahun bangsa ini, rakyat menuntut adanya kepemimpinan yang mampu menjadi navigator untuk mengatasi masalah sosial, ketimpangan ekonomi, dan produktivitas yang terus merosot. Navigator itu juga harus mampu mewujudkan Indonesia yang inovatif, tangguh dan berdaya saing. Untuk menjalin kebersamaan di tengah keberagaman budaya Indonesia, hal terpenting yang harus dilakukan, kata dia, adalah saling menghargai perbedaan. “Bhinneka Tunggal Ika menjadi bukti bahwa negara kita memang menghargai perbedaan sejak dulu. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Baca juga Persatuan Indonesia Harus Dipererat Terbukti, sampai saat ini kita bisa hidup berdampingan," tegasnya. Ia mengakui, tidak mudah memang mewujudkan hal itu. Dengan kemajuan teknologi saat ini, kita justru kerap terpecah hanya karena sedikit perbedaan. Karena itu ia sekali berharap HUT ke-75 RI ini menjadi momentum emas bagi anak-anak bangsa untuk merawat dan merajut persatuan dan kesatuan. "Indahnya kebersamaan bisa membuat setiap rakyat bisa hidup damai meskipun memiliki banyak perbedaan. Kuncinya adalah menjaga toleransi dan menghormati perbedaan," ujar Kakorlantas. A-1
JAKARTA Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengapresiasi para pemuka agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB) atas peran dan kontribusinya menjaga persatuan dan kesatuan di Tanah Air. Hal tersebut disampaikan Ma'ruf di acara Perayaan Paskah Lintas Umat Beragama Tahun 2021 secara daring, Kamis (1/4/2021).
Artikel ini adalah jawaban dari pertanyaan "Bagaimana cara bangsa indonesia dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan di antara para warganya?" Sebagaimana yang diketahui, persatuan dan kesatuan adalah syarat utama untuk menjaga keutuhan NKRI. Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk sehingga persatuan dan kesatuan mutlak diperlukan. Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, budaya, dan agama. Keberagaman ini menjadi bagian dari kekayaan Indonesia. Tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki keragaman seperti Indonesia. Namun, keragaman tersebut bisa berubah menjadi bencana apabila persatuan dan kesatuan tidak bisa dijaga dengan baik. Sekian banyak peristiwa di masa lalu bisa menjadi contoh ancaman terhadap utuhnya persatuan dan kesatuan warga. Perang antar etnis, bentrok antar agama, atau pertikaian antar suku kerap menghantui perjalanan bangsa ini. Telah banyak jatuh korban jiwa akibat dari kesalahpahaman tersebut. Untungnya saja, bangsa kita masih cukup kuat untuk menahan segala ancaman yang timbul, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Baca Juga Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul serta Mengeluarkan Pikiran Pengakuan dan Jaminan Negara Terhadap Agama dan Kepercayaan Itulah sebabnya mengapa sehingga bangsa Indonesia sangat penting untuk memperkokoh pesatuan dan kesatuan di antara para warga. Hal ini demi menjaga keutuhan negara republik Indonesia. Ada banyak cara yang telah di usahakan. Berikut ini akan kami jelaskan satu per satu. 5+ Cara Bangsa Indonesia dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan di Antara para Warganya Berikut ini adalah lima cara bangsa Indonesia memperkokoh persatuan dan kesatuan di antara para warga 1. Mengembangkan Sikap Toleransi Untuk memperkokoh pesatuan dan kesatuan di antara para warga, maka kita harus mengembangkan sikap toleransi. Sikap ini diperlukan agar masing-masing pihak saling memahami satu sama lain. Kita harus menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan agama, budaya, dan suku bangsa yang berbeda-beda. 2. Menjaga Semangat Gotong Royong Gotong royong adalah jiwa bangsa Indonesia, semangat ini telah sejak lama ada dalam kehidupan masyarakat. Tugas kita sekarang ini adalah menjaga semangat itu tetap lestari agar menjadi lem perekat di antara sesama warga. Dengan begitu, maka persatuan dan kesatuan Indonesia akan semakin kokoh. 3. Mempererat Tali Silaturahmi Silaturahmi bisa menjadi salah satu cara untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan di antara para warga. Dengan silaturahmi, maka warga akan bergaul dengan baik dengan warga lainnya. Pergaulan yang baik ini akan menciptakan ketentraman hidup di antara para warga. Potensi konflik bisa ditekan seminimal mungkin. 4. Saling Menghormati Budaya Orang Lain Indonesia adalah bangsa dengan beragam budaya. Maka dari itu, sangat penting bagi warga untuk mengembangkan sikap saling menghormati budaya orang lain. Kita tidak boleh mencibir atau mencela budaya tertentu. Dengan begitu, maka persatuan dan kesatuan di antara para warga bisa semakin kokoh. 5. Menjaga Kerukunan Beragama Setiap agama harus menghormati agama lain agar kerukunan umat beragama bisa terjalin dengan baik. Kita semua adalah bersaudara tanpa memandang perbedaan agama. Tidak boleh ada agama yang mengganggu aktivitas agama lain. Dengan cara ini maka persatuan dan kesatuan di antara para warga bisa terjalin dengan baik.

Pelayanan akan lebih baik jika persatuan dan kesatuan kokoh,” tukasnya. Sementara itu, Ketua Klasis Port Numbay, Pdt. Alkenus Waga mengemukakan, wajah Klasis Port Numbay di Kota Jayapura semakin bersinar dan pandang lebih bagus ketika kader maupun para hamba Tuhan bersatu dan mampu mempersatukan umat.

Looks like you've followed a broken link or entered a URL that doesn't exist on Netlify. Back to our site If this is your site, and you weren't expecting a 404 for this path, please visit Netlify's "page not found" support guide for troubleshooting tips. Netlify Internal ID 01H31PN6GDERG40XJJQHZDJGBX . 98 277 412 232 393 290 28 281

persatuan dan kesatuan akan kokoh apabila